Manajemen Perawatan Cempe (Anak Kambing)
Oleh : Ir. Adi Rakhman, M.Si.
Widyaiswara
Ahli Pertama
Cempe
merupakan anak kambing yang baru lahir dan dipelihara sampai berumur 3 bulan
(Syukur dan Suharno, 2014). Anak kambing akan disapih induknya ketika produksi air
susu induk telah menurun atau umur sapih 90 hari, dengan alasan anak kambing
sudah cukup menerima air susu dari induknya dan telah mampu memakan pakan padat
(Kusumastuti dan Susilo, 2014).
Perawatan cempe yang tepat adalah
salah satu kunci dalam mengoptimalkan pertumbuhan tubuh cempe, yang tentunya
berpengaruh terhadap dewasa kelamin, dewasa tubuh, produktivitas, serta
kemampuan reproduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot sapih pada kambing
adalah liter size (jumlah anak seinduk/kelahiran). Berdasarkan hal
tersebut, pada cempe yang berasal dari induk dengan litter size yang
tinggi, memerlukan nutrisi tambahan.
Tabel 1 Rataan
bobot badan berbagai ras kambing saat lahir dan awal penyapihan berdasarkan litter size
Rata-Rata Bobot Badan (Kg) |
||||||
Kambing |
|
Lahir |
|
|
Sapih |
|
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
3 |
|
Kacang Jantan |
2,18 ± 0,03 |
2,05 ± 0,01 |
1,97 ± 0,02 |
10,72 ± 0,11 |
10,58 ± 0,07 |
10,6 ± 0,12 |
Kacang Betina |
2,02 ± 0,03 |
1,93 ± 0,02 |
1,89 ± 0,02 |
9,39 ± 0,13 |
9,09 ± 0,07 |
8,97 ± 0,09 |
PE Jantan |
4,1 |
4 |
2,2 |
10,9 |
11,1 |
8,5 |
PE Betina |
4,1 |
3,6 |
2 |
10,4 |
10,4 |
6,7 |
Boer Jantan |
2,77 ± 0,07 |
2,51 ± 0,04 |
2,43 ± 0,03 |
22,32 ± 0,39 |
21,49 ± 0,31 |
21,55 ± 0,37 |
Boer Betina |
4,0 ± 0,04 |
3,70 ± 0,02 |
3,50 ± 0,04 |
16,90 ± 0,03 |
14,60 ± 0,11 |
14,1 ± 0,23 |
Sumber : http://repository.ub.ac.id/id/eprint/12410/1/Apri%20Setiadi.pdf
Beberapa kegiatan
yang perlu dilakukan dalam merawat cempe diantaranya :
1.
Penanganan Setelah Beranak yang Tepat
a. Menyediakan tempat hidup yang
nyaman,
jika areanya dingin, bisa dipasang lampu penerang yang hangat atau lampu infra
merah namun pastikan pemasangannya tidak membahayakan. Selain itu, lantai kandang
harus dibuat sedemikian rupa agar mudah menyerap urin. Gunakan jerami atau
serbuk kayu sebagai alas tidur yang nyaman dan hangat bagi cempe.
b. Membersihkan tali pusar, tali pusar akan terpisah
secara alami dari induk kambing. Namun, tali pusar yang baru putus membutuhkan
perawatan tambahan agar tidak terkena infeksi. Oleskan larutan iodine untuk
mencegah infeksi dan membantu tali pusar lebih cepat kering. Jika panjang tali
pusar lebih dari 10 cm setelah putus, harus dipotong dengan menggunakan gunting
atau silet yang bersih, steril dan tajam. Tali pusar harus putus dari anak
kambing yang baru lahir dalam waktu 3 pekan.
c. Pastikan tidak ada lendir, secara alami induk akan
membersihkan lendir di tubuh cempe dengan menjilati anaknya sampai kering. Apabila
induk tidak melakukan pembersihan lendir pada cempe, lendir dan cairan yang ada
di mulut, dan hidung cempe harus segera dibersihkan dengan menggunakan tangan
yang dilapisi sarung tangan steril atau menggunakan alat penyedot khusus. Jika
tak segera diberishkan, lendir bisa menganggu pernafasan cempe. Hindari
pembersihan seluruh badan dengan kain karena dapat mengurangi keinginan induk
dalam membersihkan atau menjilati anaknya secara alamiah. Fokuskan pembersihan
lendir pada area mulut dan hidung demi kelangsungan hidup cempe.
d. Sediakan botol minum, botol minum diperlukan untuk
memberikan kolostrum dan atau susu jika induk belum mau/belum dapat menyusui
anaknya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya induk yang baru
pertama kali melahirkan, induk yang belum cukup umur (terlalu muda), cempe yang
terlalu sering dipegang, cempe yang lahir secara prematur, dan induk atau anak
kambing yang sakit. Penggunaan botol minum/dot juga biasanya digunakan
jika induk kambing sengaja dipelihara untuk diambil susunya.
2. Manajemen Pemberian Kolostrum
Pada ternak ruminansia seperti
kambing, plasenta yang membungkus janin selama di dalam kandungan menghambat
transfer atau perpindahan senyawa antibodi (immunoglobulin) dari induk ke anak.
Oleh karena itu, saat dilahirkan seekor anak memiliki sistem pertahanan tubuh
terhadap berbagai penyakit yang relatif sangat rendah, karena kandungan immunoglobulin
didalam serum sangat rendah (1,2-3,3 g/dl), dalam waktu 24 jam setelah
dilahirkan. Dengan demikian, anak yang baru dilahirkan akan memiliki sistem pertahanan
tubuh dengan mengkonsumsi kolostrum yaitu cairan yang pertama sekali
dikeluarkan induk saat anak menyusui. Kolostrum ini diproduksi di dalam ambing
pada akhir masa kebuntingan dan mengandung antibody serta nutrisi
(energi, vitamin, dan protein) dalam konsentrasi yang tinggi. Apabila induk
cenderung menolak menyusui anak untuk mendapatkan kolostrum, maka sebaiknya
ambing induk diperah dan kolostrum ditampung dalam botol untuk diberikan kepada
anak.
Cempe
diberi susu kolostrum sebanyak 50 cc dalam sekali pemberian, tetapi pada umur
4—10 hari ditingkatkan menjadi 100 cc setiap kali pemberian. Kolostrum
diberikan tiga kali sehari hingga umur 10 hari. Setelah berumur 11 hari
pemberian kolostrum dihentikan dan digantikan dengan susu induk hingga berumur
satu bulan. Sementara itu, mulai umur 15 hari hingga 4 bulan cempe sudah mulai
diberi susu bubuk, sedangkan konsentrat dan dedaunan mulai diberikan setelah
cempe berumur satu bulan.
3. Manajemen
Pemberian Pakan
Cempe memiliki kemampuan maksimal
mengkonversi nutrien untuk pertumbuhannya pada 2 bulan pertama kehidupan. Pakan
cempe umur 3-4 bulan adalah susu. Pemberian susu dilakukan satu sampai dua kali
dalam sehari atau dilakukan secara ad libitum. Konsumsi susu yang
diberikan pada cempe sebanyak 10-13% per hari dari Berat Badan untuk satu
minggu pertama. Pada minggu berikutnya pemberian akan meningkat menjadi 13-15% per
hari dari Berat Badan.
Gambar 1. Pemberian susu pada cempe
Anak kambing biasanya mulai
mengkonsumsi pakan padat berupa hijauan ataupun konsentrat pada umur 2-3 minggu.
Konsumsi pakan padat pada usia tersebut sangat berguna untuk merangsang
perkembangan saluran cerna agar segera mampu mengkonsumsi pakan padat dalam
jumlah banyak sebagaimana layaknya ternak ruminansia.
Cempe
prasapih (0 - 3 bulan) membutuhkan perawatan yang intensif untuk mencegah
kematian dan merangsang pertumbuhan. Umumnya, cempe mulai mengonsumsi pakan
padat berupa hijauan ataupun konsentrat sejak umur 2 - 3 minggu. Konsumsi pakan
padat pada usia tersebut sangat berguna untuk merangsang perkembangan saluran
cerna. Pemberian konsentrat akan memacu pertumbuhan bobot badan sehingga dapat
disapih pada umur lebih dini. Bobot sapih biasanya ditentukan seberat 2,5 kali
bobot lahir sesuai dengan kondisi tubuh.
4. Manajemen
Pemberian Susu Pengganti/Milk Replacer
Pemberian susu pengganti atau milk
replacer diperlukan pada beberapa kasus seperti :
1) air susu induk tidak mencukupi
2) air susu induk tidak ada sama sekali
3) puting susu induk tersumbat
4) susu bernilai ekonomis/dijual
Tabel 2. Performa cempe umur 1 – 4 minggu dengan dan tanpa pemberian
susu pengganti
|
||||||||||
Perlakuan |
Pemberian Susu |
Tanpa Pemberian |
||||||||
|
Pengganti |
Susu Pengganti |
||||||||
Umur Pengukuran (Minggu) |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
Peningkatan Berat Badan (Kg) |
1,3 |
1,3 |
1,2 |
0,9 |
0,9 |
1,2 |
1,3 |
1,1 |
||
Total Peningkatan Berat Badan (Kg) |
4,7 |
4,5 |
||||||||
Rataan Peningkatan Berat Badan (Kg) |
1,18 |
1,13 |
||||||||
|
Sumber : JBP Vol. 21, No. 2, Desember 2019
Apabila anak kambing tidak dapat mendapatkan
susu secara mandiri dari induk, untuk menyelamatkan anak kambing, perlu
diberikan susu pengganti. Susu pengganti yang paling baik adalah susu kambing
dari induk lain yang sedang menyusui, namun apabila tidak tersedia dapat
digunakan susu sapi dan hal ini secara ekonomis lebih efisien karena harga susu
sapi biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan susu kambing. Hasil penelitian
menunjukan tidak ada perbedaan antara susu sapi dan susu kambing bila digunakan
sebagai pengganti susu pada anak kambing.
Susu pengganti dapat dibuat
dari campuran beberapa bahan apabila tidak terdapat atau sulit mendapatkan susu
segar. Susu pengganti dapat diramu dari campuran antara susu bubuk (0,5 liter),
minyak ikan (1 sendok teh), telur ayam (1 butir), dan gula (0,5 sendok teh).
Susu pengganti diberikan 2-3 kali dalam sehari.
5. Sanitasi
Kandang
Anak
domba pascalahir di Sinatria Farm mendapatkan penanganan kelahiran yang baik,
susu pengganti diberikan untuk melengkapi kekurangan susu anak domba dari
induknya, dan lingkungan kandang selalu dijaga dalam keadaan bersih (Arian dan
Hidayah, 2021). Sanitasi kandang adalah kegiatan pencegahan
termasuk kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau kandang dan
lingkungannya dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya.
Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain lokasi kandang, konstruksi
bangunan kandang, kebersihan kandang, dan kepadatan lalat. Lokasi kandang
seharusnya terpisah dengan rumah dengan jarak minimal 10 m, ketersediaan air
bersih yang cukup dan terdapat lokasi penampungan kotoran atau sisa pakan
ternak (BPTP Ungaran, 2000) serta kemiringan pada lantai diperlukan untuk
memudahkan peternak dalam melakukan proses pembersihan kandang dan menjaga lantai
kandang supaya tetap kering (Maulida, 2013).
Lokasi
kandang dengan sanitasi yang buruk dan keberadaan genangan air juga dapat
memungkinkan ternak menderita cacingan seperti cacing hati Fasciola sp.
dan cacing saluran pencernaan, maka infestasi cacing ini dapat menurunkan nilai
total eritrosit dan eosinofilia sehingga menyebabkan anemia pada ternak (Barkah
et al. 2021; Siswanto et al. 2018; Hartono et al. 2019).
6. Manajemen
Kesehatan Cempe
Kasus Angka kematian cempe yang
tidak terkendali merupakan salah satu sumber kerugian yang penting dalam usaha
produksi kambing. Tidak jarang angka kematian mencapai 30-40% apabila usaha
produksi tidak dikelola dengan baik. Kematian umumnya disebabkan terutama oleh
penyakit yang muncul akibat manajemen yang buruk. Angka kematian anak sekitar
5-10% dapat dianggap sangat baik untuk suatu usaha produksi yang baik.
Berdasarkan
potensi negatif berupa tingginya kematian/mortalitas pada fase cempe, maka
diperlukan pemeliharaan cempe yang tepat. Penanganan proses dan setelah beranak,
manajemen pemberian kolostrum, manajemen pemberian pakan, manajemen pemberian susu
pengganti, sanitasi kandang, dan manajemen kesehatan cempe perlu dilaksanakan
dengan tepat agar cempe tumbuh dengan optimal dan tentunya menguntungkan
peternak atau bernilai ekonomis.
6.a. Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan
oleh berbagai bakteri maupun virus, bahkan parasit (parasit paru) serta akibat
reaksi alergik. Penyakit ini sangat mudah terjadi pada anak kambing pra-sapih yang
tidak mendapat cukup kolostrum saat dilahirkan atau dipelihara dalam kandang
dengan kepadatan tinggi. Penyakit ini mudah timbul pada anak kambing pada umur
sangat muda (<35 hari) ataupun pada umur 2-3 bulan.
Gejala terserang pneumonia
adalah nafsu makan hilang, batuk berulang, demam, sulit bernafas, keluar cairan
dari lubang hidung. Pada kasus yang berat ternak bernafas melalui mulut yang
membuka. Jika sampai mengalami sakit di paru, ternak menunjukan tanda dengan
selalu berdiam (tidak aktif bergerak).
Pengobatan dapat dilakukan
dengan suntikan antibiotik atau preparat sulfa intravena atau intra muscular
(otot) sesuai petunjuk produser obat. Pencegahan dilakukan dengan mengurangi
kepadatan kandang, mengurangi kelembaban kandang, membuat kandang tetap kering
dan bersih. Lakukan perbaikan ventilasi kandang, dan tingkatkan kebersihan dan
kurangi kepadatan kandang serta pastikan tersedia dan terjangkau pakan yang
segar dan air minum yang bersih didalam kandang (Lolit Kambing Potong, 2009).
6.b. Coccidiosis
Penyakit coccidiosis
disebabkan oleh parasit coccidia didalam saluran cerna (usus). Kondisi
stres akibat kepadatan kandang yang terlalu tinggi, kelembaban tinggi, dan
kandang kotor memacu timbulnya coccidiosis. Coccidiosis juga dapat
memicu timbulnya penyakit lain seperti pneumonia. Kombinasi coccidiosis
dengan pneumonia sering berdampak fatal, yang menyebabkan diare disertai bercak
darah.
Gejala coccidiosis
ditandai dengan turunnya nafsu makan, kotoran cair (mencret), dan berwarna
kehitaman dengan disertai bercak darah dan berlendir, bobot badan turun, dan
bulu serta kulit terlihat kasar dan kering. Anak kambing pra-sapih umur 3-4
minggu sangat peka terhadap gangguan coccidia. Jika coccidiosis
terjadi mewabah di suatu kandang atau peternakan kambing, perlakuan terbaik
yang dapat dilakukan adalah dengan sanitasi kandang dan isolasi ternak yang
terserang penyakit coccidiosis. Kambing yang selamat dari wabah coccidiosis
biasanya telah memiliki kekebalan.
Pengobatan dilakukan dengan
pemberian antibiotika. Obat sulfa cukup efektif untuk mengendalikan coccidiosis.
Obat sulfa dapat diberikan selama 4 hari berturut-turut atau sesuai dengan
petunjuk produser obat. Namun, pengobatan biasanya kurang efektif apabila tidak
disertai dengan sanitasi yang baik, pengurangan kepadatan kandang, dan
memisahkan anak kambing dari kambing yang lebih dewasa (Lolit Kambing Potong,
2009).
Kesimpulan
Manajemen
pemeliharaan cempe memerlukan keterampilan agar cempe sehat dan tumbuh dengan
optimal. Cempe memiliki daya tahan tubuh yang relatif rendah sehingga cukup beresiko
mengalami sakit, bahkan kematian. Beberapa manajemen yang dapat diterapkan
dalam pemeliharaan/perawatan cempe adalah Penanganan proses dan setelah beranak,
manajemen pemberian kolostrum, manajemen pemberian pakan, manajemen pemberian susu
pengganti, sanitasi kandang, dan manajemen kesehatan cempe.
Daftar
Pustaka
Arian dan Hidayah.
2021. Manajemen Pemeliharaan Anak Domba Pascalahir sampai Masa
Lepas Sapih di Peternakan Sinatria Farm Yogyakarta [Tugas Akhir Program Diploma
3, Universitas Brawijaya]. Repositori Universitas Brawijaya. http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/201522.
Barkah A, Hartono M, Santosa PE, Sirat MMP.
Tingkat Infestasi Cacing Saluran Pencernaan pada Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis
Linn.) di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung.
BPTP-Ungaran. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah.
Jawa Tengah: BPTP Ungaran.
Donkin, E.F. and P.A. Boyazoglu. 2004. Diseases
and mortality of goat kids in South Africa milk goat herd. South Africa J.
Anim. Sci. 34 (suppl.) 258- 261.
Kusumastuti, T. A.
dan B. Susilo. 2014. Perkampungan Ternak Kambing. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Loka Penelitian
Kambing Potong. 2009. Pedoman Teknis : Pemeliharaan Induk dan Anak Kambing Masa
Pra-Sapih. Kementerian Pertanian : Balitbangnak.
Setiadi, A. 2018.
Karakteristik Kelahiran dan Penyapihan Kambing Kacang di Desa Sawohan,
Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Syukur, A. dan B.
Suharno. 2014. Bisnis Pembibitan Kambing. Depok. Penebar Swadaya.
Terakur. 2020. Penanganan
Cempe Baru Lahir : Cara Pemberian Susu Pengganti. Diakses pada 30 Januari 2023,
dari https://www.terakur.web.id/2020/09/penanganan-cempe-baru-lahir-cara.html.
Comments
Post a Comment