Teknik Pembuatan Yoghurt
Oleh: Ir. Adi Rakhman
Widyaiswara Ahli Pertama
Yoghurt merupakan produk yang
diperoleh dari fermentasi susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus
dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai, dengan atau tanpa penambahan
bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan (BSN, 2009). Yoghurt
adalah salah satu produk berbahan dasar susu yang difermentasi dengan kultur
bakteri Lactobacillus acidhopilus, Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus, dimana mikroorganisme dalam produk akhir harus
hidup, aktif, dan berlimpah. Pada awalnya yoghurt dibuat dari susu binatang
ternak seperti susu sapi atau susu kambing dengan bentuk seperti bubur atau es
krim. Proses pembuatannya adalah susu difermentasi menggunakan bakteri dan di
dalamnya terdapat kultur aktif bakteri tersebu. Bakteri asam laktat yang
digunakan untuk membuat yoghurt mampu memproduksi asam laktat, sehingga produk
yang terbentuk berupa susu yang mengalami koagulasi protein atau menggumpal
dengan rasa asam yang mempunyai cita rasa khas (Widowati dan Misgiyarta, 2001).
Asam laktat adalah salah satu
ciri khas dari produk yoghurt, yang terbentuk dari hasil fermentasi antara
karbohidrat susu (laktosa) dengan bakteri sehingga dapat memproduksi asam
laktat kurang lebih 0,73%-1,92%. Dalam masa pertumbuhannya, bakteri akan
menggunakan laktosa untuk sumber energi dan karbon. Tingkat keasaman yoghurt
dapat ditentukan dari derajat pH yang dimiliki. pH berpengaruh terhadap
kualitasnya, yoghurt yang memiliki pH asam apabila disimpan pada suhu dingin,
jika terkontaminasi akan cepat mengalami penurunan kualitas. Yoghurt akan
dikatakan baik apabila memiliki total asam sekitar 0,85-0,95% (Oberman, 1985).
Langkah pertama dalam
pembuatan yoghurt adalah homogenisasi dan pasteurisasi. Pasteurisasi susu dapat
dilakukan dengan HTST (High Temperature Short Time), yaitu
pemanasan susu dengan suhu 72oC selama 15 detik atau 85oC
selama 8 detik atau dengan LTLT (Low Temperature Long Time), yaitu pemanasan
susu dengan suhu 62oC selama 30 menit. Homogenisasi dilakukan dengan
cara mengaduk susu secara terus menerus selama proses pasteurisasi. Stelah susu
dipanaskan secara HTST atau LTLT, tahapan selanjutnya adalah memasukkan bakteri
ke dalam susu yang telah dipasteurisasi dan suhunya telah diturunkan menjadi
antara 40 hingga 45oC, sehingga terjadi proses inkubasi. Inkubasi adalah suatu teknik untuk merawat mikroorganisme yang
telah diinokulasi dalam suatu medium (padat atau cair), kemudian disimpan pada
suhu tertentu untuk melihat pertumbuhannya. Bakteri yang dapat digunakan
dalam pembuatan yoghurt adalah bakteri asam laktat (BAL), diantaranya Lactobacillus
acidhopilus, Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.
Jumlah total bakteri yang dapat ditambahkan dalam pembuatan yoghurt berkisar 2
hingga 5% dari jumlah susu.
Gambar Alur proses
pembuatan yoghurt
Bakteri asam
laktat tersebut bekerja merubah susu menjadi yoghurt dengan proses fermentasi
dalam kondisi anaerob. Berdasarkan hal tersebut, setelah memasukkan bakteri ke
dalam susu. Wadah susu tersebut perlu ditutup dengan rapat. Lama proses fermentasi
tersebut dapat berlangsung sekitar 6 jam bila suhu susu dapat terjaga antara 40
– 45oC. Apabila suhu susu yang difermentasi menurun, dan wadah
disimpan pada suhu ruang, maka proses fermentasi berkisar antara 12 hingga 24
jam. Setelah proses fermentasi selesai, ditandai dengan tekstur susu menjadi
lebih kental dan asam, maka proses pembuatan yoghurt berhasil. Proses pembuatan
yoghurt mengalami kegagalan, apabila yoghurt terasa pahit, dan berarti yoghurt
tidak dapat dikonsumsi. Kegagalan dalam pembiuatan yoghurt dapat disebabkan
oleh banyak faktor, sehingga diperlukan penelusuran pada setiap proses
pembuatan yoghurt. Yoghurt yang telah jadi/dipanen, dapat ditambahkan flavor
dan atau pemanis sesuai selera dan juga standar nasional (SNI).
Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2009. SNI
2981-2009. Pernyataan Standar Yoghurt (Revisi 1992). Jakarta: BSN.
Oberman, H. (1985). Fermented milks. In: microbioloy of Fermented Foods vol 2. Elsiever applied science. Publishers: England.
Widowati, S., dan Misgiyarta, (2009), Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
Comments
Post a Comment