Teknik Penetasan Telur Ayam
Teknik Penetasan Telur Ayam
oleh :
Adi Rakhman, M.Si
Widyaiswara Ahli Pertama
Pengembangbiakan unggas dilakukan dengan cara menetaskan
telur yang telah dibuahi oleh ayam jantan. Penetasan pada unggas dilakukan
dengan dua cara yaitu: secara alami dan buatan. Penetasan secara alami (natural
incubation) dilakukan sepenuhnya oleh induk unggas yang menghasilkan telur itu
sendiri. Sedangkan penetasan secara buatan (artificial incubation) dilakuan
sepenuhnya menggunakan inkubator yang dikontrol oleh operator atau menggunakan
kontrol otomatis.
Inkubator adalah mesin yang
digunakan untuk menggantikan tugas pengeraman oleh induk unggas. Inkubator
memilki keunggulan dibandingkan penetasan oleh induk unggas dalam hal jumlah
telur, telur yang ditetaskan lebih banyak dan waktu menetas yang relatif
bersamaan (Sugiyanto, 2008). Inkubator pada awalnya sangat sederhana hanya
berupa kotak yang diisi sekam dan pasir kemudian telur diletakkan didalamnya,
kelemahan dari inkubator jenis ini adalah pembalikan, suhu, distribusi panas
dan kelembaban tidak dapat dikontrol, kondisi tersebut menyebabkan embrio tidak
berkembang dengan baik dan berpengaruh pada daya tetas (Suyatno, 2005).
Penetasan berkembang dengan
adanya inkubator yang mempunyai sistem pengontrol suhu, kelembaban, pemutaran
dan kondisi lain yang mempengaruhi dalam proses penetasan. Keunggulan inkubator
yang telah dikontrol secara otomatis adalah pembalikan telur, pengaturan suhu
dan kelembaban dapat dilakukan secara otomatis tanpa bantuan operator (Yanto
dan Afrioni, 2013).
Faktor yang mempengaruhi daya
tetas meliputi suhu, kelembaban, sirkulasi udara dalam inkubator, pemutaran
telur, faktor eksternal dari penetasan adalah terjadi perubahan tegangan
listrik dan pemadaman listrik (Iskandar et al., 2015). Embrio di dalam telur
akan berkembang pada suhu inkubator antara 37,3°C sampai 40°C. Kelembapan
relatif yang baik dalam inkubator adalah antara 50% sampai 60% dengan toleransi
perubahan kelembaban 5% sampai 10% (Fadilah, 2007). Sirkulasi udara segar dalam
inkubator sangat penting dalam proses penetasan, fungsi dari sirkulasi udara
yaitu mengeluarkan CO2 dan memasukkan O2 selama proses penetasan. Kandungan CO2
yang terlalu banyak dalam inkubator akan menyebabkan kematian embrio dalam
telur ayam (Sarwono, 2005). Selama proses penetasan telur harus diputar agar
mendapatkan panas yang merata dan embrio tidak menempel pada kulit telur. Waktu
pemutaran dimulai tiga hari setelah telur dimasukkan ke inkubator dan
dihentikan tiga hari sebelum telur menetas (Sarwono, 2005). Menurut Ismail et
al., (2015), telur diputar 90° setiap minimal enam jam sekali.
Urutan mengenai teknis penetasan
telur adalah penanganan telur tetas, pemilihan telur tetas, penyimpanan telur
tetas, fumigasi mesin tetas, penghangatan telur, pemutaran telur, pengaturan
kelembaban ruang/mesin tetas, candling/peneropongan kondisi embrio, proses
piping (pemecahan cangkang), dan penanganan pasca menetas. Teknis penanganan telur tetas dilakukan
dengan cara mengambil telur setiap hari, lalu telur dibersihkan dari kotoran
dengan kain lap yang halus dan dengan menggunakan air hangat dan tidak menekan
kulit telur. Hal tersebut dikhawatirkan dapat merusak selaput pertahanan alami
kulit telur dari bibit penyakit, karena kuman, bakteri, virus atau bibit
penyakit yang mempunyai ukuran sangat kecil yang dapat menembus lapisan berpori
pada dinding kulit.
Teknis pemilihan telur tetas dilakukan dengan
cara menyeleksi telur. Telur yang digunakan untuk penetasan berada pada kisaran
bobot antara 35 - 40 gram untuk jenis ayam lokal indonesia. Bentuk telur harus oval dan normal, apabila
telur yang tidak normal tetap ditetaskan akan mengakibatkan posisi embrio tidak
normal dan banyak telur yang tidak menetas. Pada Gambar 1 di bawah, telur yang
baik untuk ditetaskan adalah telur berhuruf B.
Gambar
1. Berbagai bentuk telur
Teknis penyimpanan telur tetas dilakukan dengan cara menyimpan telur
tetas sebelum ditetaskan. Tujuannya adalah untuk mengelola alur penetasan telur
agar terkontorl dalam dari proses panen, penetesan, hingga distribusi/penjualan.
Kemampuan daya tetas telur fertil masih baik
jika penyimpanan sekitar 7 hari dan maksimum 10 hari. Selebihnya kemampuan
telur tetas akan menurun dan setelah 3 minggu maka telur tersebut tidak ada
yang menetas atau daya tetasnya 0%. Suhu dan kelembaban yang dibutuhkan dalam
penyimpanan telur tetas secara berturut-turut adalah 15oC dan 65%.
Teknik fumigasi mesin tetas dilakukan dengan cara sanitasi
atau pembersihan terhadap telur dan peralatan penetasan. Fumigasi sangat
penting untuk mencegah telur yang akan ditetaskan terjangkit mikroba. Fumigasi
dengan tingkat yang rendah tidak akan membunuh kuman dan bibit penyakit tetapi
dengan pemberian dosis yang tinggi dapat membunuh embrio didalam telur,
oleh kerana itu kita harus memperhatikan dengan tepat mengenai dosis yang akan
digunakan. Bahan kimia yang dapat dipakai dalam proses fumigasi yaitu gas
formaldehid yang dihasilkan dari campuran 5 gram potasium permanganat (KMnO4)
dengan 10 cc formalin (37.5% formaldehid) untuk setiap meter kubik ruangan yang
dipakai. Telur-telur diletakkan dan disusun dalam lemari yang mempunyai sistim
sirkulasi udara yang baik. Lama fumigasi adalah 20 menit dan setelah itu pintu
lemari dibuka selama 1-2 jam sebelum dimasukkan kedalam mesin inkubator.
Tahapan berikutnya adalah penghangatan ruang penetasan.
Suhu penetasan yang diperlukan dalam penetasan telur ayam dari hari ke 1 hingga
ke 18 adalah antara 37o – 38o C, dengan kelembaban uddara
relatif antara 55 – 60%. Pada hari ke 19 hingga ke 21 (menetas) saat penetasan,
suhu ruang penetasan diturunkan sekitar 0,55o – 1,11oC
dari suhu sebelumnya, dengan kelembaban udara relatif antara 70 – 80%.
Teknis pemutaran telur berguna untuk meratakan panas di
permukaan telur, mencegah pelekatan embrio pada kulit telur mencegah
melekatnya yolk (kuning telur) dan allantois (tali pusar) pada
akhir penetasan. Pemutaran setter
(istilah untuk ruang penetasan telur ayam pada hari ke 1 hingga ke 18) dilakukan
pada 18 hari pertama sesudah telur dimasukan ke dalam alat penetas dan berhenti
3 hari sebelum telur menetas. Pemutaran
dilakukan pada 18 hari pertama waktu penetasan telur ayam, dengan cara menggerakan
nampan setter membentuk sudut sebesar 40° - 45° selama 3 jam
sekali. Anak ayam (DOC/Daily Old Chick) mulai menetas pada usia
penetasan ke 20 dan 21 hari pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal
dan sesuai prosedur.
Teknik peneropongan kondisi embrio/candling dilakukan
untuk mengetahui perkembangan embrio. Embrio yang tidak berkembang, perlu
dikeluarkan dari mesin penetasan. Peneropongan
pertama dilakukan pada hari ke 5 dan ke 7 untuk mengetahui fertilitas telur,
lalu mengeluarkan embrio yang mati dan yang infertile. Kedua, dilakukan
pada hari ke-13 dan ke-14, berfungsi untuk menentukan atau memeriksa kembali
telur yang diragukan pada pemeriksa pertama, melihat perkembangan embrio, dan
mengeluarkan telur yang mati atau kosong. Ketiga, di lakukan pada hari
ke-17 dan ke-18, yang berfungsi untuk melihat embrio yang mati dan harus segera
di keluarkan. Pada peneropongan ketiga ini, gerakan embrio sudah aktif.
Setelah menetas, anak ayam
dibiarkan beberapa jam didalam mesin tetas sampai kering sempurna. Hal ini dapat
dilihat dengan telah lepasnya bulu-bulu halus yang menyertai anak ayam waktu
menetas dan berganti dengan bulu lembut yang menutupi sempurna seluruh tubuh
anak ayam tersebut. Selanjutnya anak ayam tersebut dipindahkan ke tempat
lain (chickguard atau kandang box) dengan diberikan makanan dan
minuman. Makanan cukup diberikan dilantai kandang atau pada nampan yang
rendah dengan jenis butiran halus agar anak ayam dapat mulai belajar makan.
Pada tempat minuman dapat dimasukan gundu atau
kerikil kecil agar anak ayam tidak sampai tenggelam didalamnya.
Daftar
Pustaka
Fadilah, R., 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta
Selatan: Agromedia Pustaka.
Iskandar, A., Laksono, A.B dan Ikhsan, A.,2105. Studi
Analisis Perbandingan Efisiensi Daya Listrik Mesin Penetas Telur Merk Chick
Master Tipe S-2 871115 dengan Termostat dan Sensor Temperatur Suhu Pt100 di PT.
Sierad Produce,Tbk. Jurnal Teknik Elektro, 2502-0980, 1-4.
Ismail, T.A.R., Haryanto, N dan Waluyo., 2015. Perancangan
dan Realisasi Alat Penetas Telur dengan Catu Cahaya Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Berbasis Arduino Uno R3, Jurnal Reka Elkomika, 3, 51-61.
Sarwono, B., 2005. Beternak Ayam Buras. Depok: Penebar
Swadaya.
Sugiyanto., 2008. Perancangan Sistem Penetas (Mesin Tetas)
Telur dengan Media Pemanas Lampu Pijar. Tugas Akhir. Fakultas Teknologi
Industri Universitas Mercubuana.
Suyatno., 2005. Otomatisasi Mesin Tetas Untuk Meingkatkan
Produksi Doc (Day Old Chick) Ayam Lurik Dan Efisiensi Usaha.Junal Dedikasi, 3,
17-25.
Yanto, F dan Afrioni, H., 2014. Sistem Kontrol Suhu
Inkubator Telur Berasis Mikrokontroler Menggunakan Fuzzy Logic dan Pulse-Width
Modulation. Tugas Akhir. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim.
Comments
Post a Comment