PEDOMAN PRAKTIS BUDIDAYA TERNAK DOMBA
Oleh : Ir. Agus
Triyanto, M.Si
A. Pendahuluan
Manajemen pemeliharaan
ternak Domba sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha budidaya ternak
domba. Semakin baik manajemen pemeliharaan semakin baik hasil yang
diperolehnya. Pemeliharaan ternak domba di Masyarakat atau Pedesaan masih
kebanyakan pola tradisional belum banyak yang mengarah ke Intensif dan hanya sebagai usaha sampingan yang sewaktu
waktu waktu dijual apabila ada kebutuhan yang sifatnya mendesak atau mendadak.
Padahal apabila dilakananakan dengan manajeman yang baik usaha Budidaya Domba
sangat menjanjikan karena Pemeliharaan mudah, tidak memerlukan lahan yang luas,
pakan mudah, mudah didapat, daging domba banyak disukai masyarakat, waktu pemeliharaan
cukup singkat, serta peluang pasar yang masih terbuka luas. Ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan usaha ternak domba, diantaranya
adalah memilih jenis indukan atau bakalan domba jantan untuk penggemukan,
lokasi beternak, kandang, kebutuhan pakan dan perawatan.
B. Jenis-jenis Ternak
Domba
Secara umum terdapat
jenis domba yang biasa diternakkan di Masyarakat peternak, seperti : 1. Domba local.
Domba lokal paling banyak diusahakan sebagai
ternak domba oleh masyarakat. Terdapat dua jenis domba lokal yang populer,
yaitu domba ekor tipis dan ekor tebal. Domba ekor tipis memiliki ciri-ciri, ekor
kecil dan tipis; bobot tubuh 25-30 kg; telinga lebar mengarah ke bawah; domba
jantan bertanduk dan betina tidak, warna putih, hitam, coklat dan kombinasinya.
Domba lokal ekor tebal memiliki ciri-ciri, ekornya tebal membantuk segitiga;
botot mencapai 35-45 kg; telinga lebar mengarah ke samping; jantan dan betina
tidak bertanduk; warna bulu dominan putih.
2.
Domba Persilangan.
Domba hasil persilangan di Indonesia ada tiga
jenis, yaitu domba garut, domba merino, dan domba texel. Domba Garut
merupakan hasil persilangan antara domba lokal dengan domba merino. Persilangan
ini menghasilkan domba dengan postur tubuh gagah dan tanduk besar yang
melengkung ke bawah. Domba garut biasanya diternakkan menjadi domba aduan.
3.
Domba Merino.
Domba ini berasal dari
Spanyol. Bobot tubuh jantan bisa mencapai 70 kg, betina 40 kg. Tubuhnya
ditutupi wool yang tebal. Domba jantan memiliki tanduk panjang yang melingkar.
4. Domba Texel.
Domba
texel berasal dari belanda yang kini banyak diternakan di daerah Wonosobo, Jawa
Tengah. Domba texel memiliki ciri-ciri rambut yang tebal keriting dan berwarna
putih, telinga kecil mengarah ke samping , warna hidung dan kuku hitam, bobot badan bisa
mencapai 130 kg.
5.
Domba Batur.
Selain itu ada juga
hasil silangan domba tapos. Banyak dibudidayakan di daerah Batur, Banjarnegara,
Jawa Tengah. Ciri-cirinya bulunya tebal, bisal menghasilkan 1 kg bulu/ekor,
bobotnya berkisar 80-150 kg. Jenis domba silangan/impor ini biasanya hanya
cocok di daerah-daerah berhawa sejuk dengan suhu rata-rata dibawah 18oC.
6.
Domba Dorper
Ciri yang paling menonjol
dari domba Dorper adalah Badannya lebar dan besar bisa mencapi bobot badan
lebih dari 100 kg per ekor, kepala berwarna hitam atau coklat.
C. Kandang Ternak Domba
Domba bisa diternakkan dengan dua cara, yakni
sistem gembala dan sistem kandang. Cara ternak domba dengan sistem gembala
hanya cocok dilakukan di lahan luas yang masih banyak terdapat hijauan. Dewasa
ini semakin jarang usaha ternak domba yang menggunakan sistem penggembalaan
karena kurang efisien.
a. Tipe kandang
Untuk ternak domba sistem kandang terdapat dua
tipe kandang, yaitu kandang koloni dan kandang tunggal. Kandang koloni yaitu
satu ruangan kandang dihuni oleh banyak domba.
Ukuran luas kandang ideal untuk ternak Domba :
Ø Domba bunting tua atau
siap beranak : 1,25 x 150 cm
Ø Anak Domba : 75 x 100 cm
Ø Domba Jantan : 120 x 140 cm
Ø Domba Betina : 100 x 150 cm
Ø Domba Untuk 10 ekor :
150 x 500 cm
Ø Penggemukan domba
Jantan 40-50 x 115-120 cm
Ø Tinggi kendang dari
tanah atau lantai ke Lantai Kandang 80 – 100 cm
Sedangkan kandang tunggal adalah setiap ekor
domba menempati satu sel ruangan. Ruangan biasanya dibuat pas dengan badan
domba. Sehingga domba tidak bisa berbalik, hanya bisa bergerak maju, mundur,
rebah dan berdiri. Biasanya tipe kandang seperti ini cocok untuk usaha ternak
domba penggemukan.
c. Perlengkapan
kandang
Kandang domba harus dilengkapi dengan tempat
makan dan minum yang cukup. Tempat makan domba disebut palung, buat ukuran
palung yang cukup besar untuk menampung kebutuhan pakan domba. Sedangkan untuk
minum cukup disediakan ember plastik.
d. Struktur Kandang
Struktur kandang terutama tiang-tiang utamanya
hendaknya dibuat dari bahan yang kokoh dan kuat meskipun sederhana. Karena
domba jantan senang membentur-benturkan tanduknya ke kandang. Lantai dan
dinding kandang domba bisa dibuat dari kayu ataupun bambu. Sebaiknya lantai
dibuat dari kisi-kisi yang memiliki jarak dengan dasar tanah (mempunyai
kolong). Hal ini untuk memudahkan pembersihan kotoran dan air kencing domba.
Untuk atap kandang, sebaiknya gunakan bahan
yang menyerap panas. Atap rumbia atau genteng digunakan untuk daerah panas,
sedangkan di daerah dingin bisa menggunakan seng atau asbes.
e. Jenis pakan domba
Pakan memegang peranan penting untuk
kesuksesan usaha ternak domba. Tidak hanya takarannya, peternak harus bisa
membedakan jenis-jenis pakan yang dibutuhkan untuk ternak domba. Secara umum
jenis pakan yang digunakan untuk ternak domba adalah pakan hijauan, konsentrat
dan pakan tambahan.
1. Pakan hijauan
Pakan hijauan terdiri dari dua macam, hijauan
segar dan hijauan kering. Contoh hijauan segar berupa rumput-rumputan adalah
rumput gajah, rumput benggala, rumput raja dan rumput liar. Contoh hijauan
segar yang berupa daun-daunan adalah lamtoro/petai cina, daun kedelai,
daun kacang panjang, daun ubi jalar, daun waru, daun
nangka dan daun ketela.
Sedangkan hijauan kering biasanya berupa
jerami yang memiliki kandungan serat kasar. Contohnya adalah jerami padi,
jerami pucuk tebu dan jerami jagung.
2. Pakan Konsentrat
Fungsi pakan konsentrat atau penguat pada
ternak domba adalah sebagai pelengkap kebutuhan protein. Pakan ini harus
mengandung zat gizi tinggi, mudah dicerna dan berserat rendah. Pakan ini juga
berfungsi sebagai sumber energi dan protein bagi domba.
Pakan konsentrat bisa berupa biji-bijian dan
umbi-umbian. Atau bisa juga limbah olahan hasil pertanian seperti bungkil
kedelai dan ampas tahu. Pemberian pakan konsentrat bisa berbarengan dengan
hijauan atau dipisah.
3. Pakan Tambahan dan Garam
Pakan tambahan diperlukan untuk memicu
produkstivitas ternak domba. Pakan tambahan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, hormon dan probiotik. Pakan tambahan selain garam
mineral tidak wajib diberikan. Berikan pakan tambahan secara rutin apabila
dirasa menguntungkan.
4. Kebutuhan Pakan
domba
Kebutuhan pakan hijauan domba lokal biasanya
berkisar 3-5 kg/ekor/hari. Pakan hijauan bisa diberikan sepanjang waktu.
Sedangkan untuk pakan konsentrat keburuhannya sekitar 0,5 kg/ekor/hari.
Pemberiannya bisa dilakukan dua kali, pagi sekitar pukul 07.00 dan sore hari
pukul 15.00.
Pemberian pakan juga harus memperhatikan usia
dan ukuran domba. Kebutuhan domba muda yang masih kecil berbeda dengan domba
dewasa. Pemberian pakannya bisa mengikuti patokan dibawah ini.
Kebutuhan pakan ternak domba per hari:
Ø
Pakan hijauan = 10-20% dari bobot tubuh
Ø
Pakan konsentrat = 1-2% dari bobot tubuh
Ø
Kandungan mineral (garam) = 1% dari bobot tubuh
Ø
Air minum = 2-4 liter per ekor
e. Perawatan harian
· Menjaga sanitasi
kandang dengan membersihkan kotoran dan kandang secara teratur. Kotoran domba
bisa menjadi sumber pemasukan sampingan, dijual sebagai pupuk kandang.
· Memandikan domba agar
bersih dan terhindar dari penyakit, seperti cacingan. Memandikan domba
dilakukan setiap minggu. Domba yang bersih juga akan berdampak pada kebugaran
dan nafsu makan. Selain itu bila domba akan dikembangbiakkan, atau dikawinkan
kebersihan domba perlu dijaga.
· Mencukur bulu.
Pencukuran bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali atau bila bulu terlihat gimbal
dan kotor. Sisakan bulu dipermukaan kulit setelab 0,5 cm.
· Merawat dan memotong
kuku dengan pahat atau pisau tajam yang bersih. Pemotongan kuku hendaknya
dilakukan setiap 4 bulan sekali.
Perkawinan
Domba\
Sebagai acuanatau pedoman pertumbuhan dan
sifat reproduksi yang harus diketahui oleh pengelola usaha pembibitan domba ,
sebagai berikut :
a) dewasa kelamin pada umur 6 – 8 bulan,
b) dewasa tubuh/ siap dikawinkan umur 10 – 12 bulan,
c).lama kebuntingan kurang lebih 5 bulan,
d) lama menyusui sampai masa sapih 3 bulan,
Mengetahui Masa Birahi dan Tanda-tanda Birahi
Masa
birahi sapi betina berlangsung selama 24 - 36 jam. Doma dara pada umumnya
mengalami masa birahi yang lebih pendek dari pada domba dewasa. Masa birahi ini
akan berulang (siklus birahi) setiap 19 - 21 hari .
Ciri – Ciri Domba Birahi, antara lain :
v Sering mengibaskan ekornya ; atau kalau ekor dipegang
akan diangkat keatas.
v
Nafsu makan berkurang Sering me
v
naiki atau mau dinaiki oleh kawannya
v
Sering vulva nampak membePerkawinanngkak dan berwarna agak merah
v
Dari vagina keluar cairan berwarna putih agak pekat.
Saat Yang Tepat Mengawinkan
v Perkawinan yang paling tepat atau optimum dapat dicapai
karena pengaruh ovulasi ( lepasnya sel telur dari indung telur/ovarium
) pada waktu sapi birahi.
v Perkawinan dilaksanakan
12 – 18 Jam setelah munculnya birahi.Ovulasi terjadi 12 –
18 jam, dimana waktu tersebut merupakan waktu puncaknya masa subur.
Secara praktis perkawinan domba dapat dilakukan :
v Jika birahi tampak pada pagi hari, maka sore hari sapi
dikawinkan.
v Jika Birahi nampak pada sore hari, maka pagi hari
berikutnya sapi dikawinkan.
Mengawinkan Kembali Setelah Beranak
Perkawinan kembali setelah domba melahirkan penting diperhatikan, hal ini akan
berpengaruh terhadap jarak beranak (calfing interval) yang pada akhirnya menentukan jumlah anak
yang bisa dihasilkan selama induk domba
dipelihara. Waktu
perkawinan kembali setelah domba melahirkan adalah 2 bulan setelah melahirkan
atau birahi ke 2.
Comments
Post a Comment